Berbisnis Teknologi Di Negeri Konsumtif



Joko Istiyanto mengaku telah satu dekade berbisnis di bidang teknologi. Ia mesti berhadapan dengan kenyataan bahwa bisnis di sektor itu lebih berat ketimbang bidang lain. “Negara kita sudah di-setting sebagai negara konsumer,” ungkap penemu sekaligus pengusaha Fuel Efficiency Maximum (Femax ), peranti penghemat bahan bakar minyak (BBM).
Walau demikian, Joko mengaku optimistis. Sejak 2006, ia sudah mendapatkan paten merek dari Ditjen Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), walaupun paten penemuannya belum turun.
Sejak diteliti pada 1997 sampai sekarang, Femax terus dikembangkan. Kini, femax dapt menghemat BBM maksimal hingga 35% karena di dalamnya terdapat sistem magnetik permanen yang bisa membuat oktan BBM lebih tinggi.
Selain itu, femax tidak hanya ampuh menghemat bahan bakar, tetapi juga meninghkatkan panas sehingga pembakaran sempurna. Dampaknya, bahan bakar menjadi efisien dan tenaga maksimal.
Bahkan, Femax tidak hanya mujarab untuk motor dan mobil, tetapi juga pesawat. “ Kita tidak mengurangi suplai bahan bakar, tetapi meningkatkan kualitas bahan bakar. Oktannya lebih tinggi, “ paparnya.
Cara penggunaannya, produk yang hampir 99% berkomponen lokal itu dipasang di slang bahan bakar sebelum masuk ke karburator. Aliran listriknya dismabungkan dengan stop kontak. Femax juga sudah dipasangi bahan antiair sehingga apabila tercelup di air tidak mengakibatkan korselting.
Daur hidup Femax pada kendaraan yang sering dipakai, seperti taksi, bisa sampai 7 tahun. Namun, jika tak terlampau intens, bisa mencapai 12 tahun.

FEMAX PENGHEMAT BBM PRODUKSI INDONESIA


Berawal dari kompetisi riset, kini hasil penelitiannya diproduksi massal dan diekspor hingga ke Amerika Serikat.
Pergolakan politik yang dipicu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) membuat suasana kampus lumayan panas. Akan tetapi, Joko Istiyanto memilih fokus pada wacana lain. Ia melakukan riset untuk menemukan peranti yang bisa memacu efisiensi enggunaaan bahan bakar, hingga akhirnya merancang Fuel Efficiency Mximum (Femax).
“ Saya menelitinya sejak 1997 saat kuliah di semester III Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), terinsipirasi dari keperihatinan kenaikan harga BBM saat itu,” paparnya ketika ditemui di Pusat Informasi Teknologi Energi-sains, karangmalang, Di Yogyakarta.
Hasil penelitian bersama seorang rekannya tersebut kemudian diikutkan dalam perlombaan karya tulis tentang penghematan energi yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional, departemen Pertambangan dan energi serta Pertamina. Setelah melewati berbagai tahapan penilaian, hasil penelitian itu menggondol juara pertama.
Karena kala itu masih kuliah semester III, pengembangan prototipe penelitiannya terhenti sementara. Ia berencana menunggu hingga lulus kuliah untuk menyempurnakan prototipe Femax.
Namun, rencana tersebut tertunda setelah ia mendapat panggilan kerja di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 2003. Joko istiyanto kemudian merasa tidak cocok dengan pekerjaan di balik meja. “Saya tidak menemukan passion saya,” ungkapnya.

Kembangkan Sendiri
Saat itu, Joko menegaskan, bisa saja prototipe hasil penelitiannnya itu dijualnya ke pabrikan otomotif. Namun, hal itu tidak ia lakukan agar Femax bisa bermanfaat untuk banyak orang. “Jika dikerjakan sendiri, lebih banyak orang yang akan terbantu karena mendapatkan pekerjaan,” kata Joko.
Joko kembali mengembangkan Femax pada 2004 dan memasarkannya dengan bermodal tabungan dari gajinya selama bekerja di Bappenas. “Modalnya sekitar Rp. 3 Juta,” paparnya.
Setelah merasa bisnisnya mapan, pada 2006 ia memberanikan diri memproduksi Femax dalam jumlah banyak. “Keyakinan itu didasari pengalaman pribadi. Sejak 1997 saya sudah menggunakannya dan tidak ada efek negatif,”papar Joko yang kini telah mengundurkan diri dari Bappenas.
“Untuk meyakinkan masyarakat, mereka membutuhkan bukti, terlebih lagi Femax merupakan produk komplementer yang diklaim membuat pemakaian bahan bakar lebih hemat.”
Namun, karena Femax tergolong produk teknologi baru, tidak mudah mengedukasi masyarakat tentang manfaat peranti itu. Pasalnya, untuk meyakinkan masyarakat, mereka membutuhkan bukti, terlebih lagi Femax merupakan produk komplementer yang diklaim membuat pemakaian bahan bakar lebih hemat. Dengan kata lain, kalaupun tidak menggunakan produknya, kendaraan mereka tetap bisa berjalan.
Untuk itu, Joko berani memberikan jaminan uang kembali. Calon pembeli dibiarkan memakai Femax. Jika mereka merasa cocok, baru membayar. Selain itu, ia memberi garansi setahun. Apabila dalam pemakaian selama setahun ada kerusakan pada Femax, ia akan menggantinya dengan yang baru.
“Dengan cara itu banyak yang tertarik, bahkan mengajak teman-temannya untuk memakai Femax. Selain itu, saya juga datang dari satu bengkel ke bengkel lain, “kata Joko yang hingga 2004 masih menangani seluruh proses bisnisnya sendiri, mulai dari pembukuan, penjualan, hingga layanan purnajual.

EKSPOR
Setelah diproduksi massal pada 2004, sampai sekarang diperkirakan sudah ada sekitar 100 ribu unit yang terjual. Joko juga telah mempunyai 99 cabang dan service center di kota-kota besar, termasuk di luar Pulau Jawa.
Selain itu, Femax juga telah merambah ke Malaysia, Vietnam, Thailand, Islandia, hingga Amerika Serikat. Di negara-negara empat musim, selain mujarab untuk menghemat bahan bakar, Femax berguna memanaskan bahan bakar agar mencair sebelum masuk proses pembakaran saat musim dingin.
Femax diproduksi di Klaten. Apabila dimaksimalkan dalam sehari bisa memproduksi 300-400 unit. Namun, selama ini Joko memproduksi sesuai permintaan sehingga hanya memproduksi 100 unit per hari. Bisnis kini dijalankan 50 karyawan, belum termasuk agen dan reseller di daerah.
Walau telah dipasarkan luas, Joko mengakui sosialisasi dn edukasi masih menjadi kendala, masih banyak masyarakat yang belum familier dengan Femax. Untuk itu, promosi dan sosialisasi mutlak diperlukan. Namun, Joko masih terkendala dengan besarnya biaya promosi yang harus digelontorkan.
Kendati begitu, Joko mengaku optimistis Femax terus berkembang. Ia bercita-cita menjdikan Femax merek papan atas.
Untuk itu, Femax pun juga mengembangkan teknologi lain yang dibutuhkan konsumen sehari-hari, seperti pengaman gas elpiji, alarm kebocorn gas, dan mengembangkan prototipe mobil listrik.
“setiap ada kegelisahan masyarakat, kita berusaha mencari solusi karena Femax merupakan perusahaan berbasis solusi,” terangnya.